Mengenal Rumusan Pancasila Menurut Soepomo

admin

Mengenal Rumusan Pancasila Menurut Soepomo

Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang tidak hanya menjadi fondasi hukum, tetapi juga mencerminkan identitas bangsa kita. Tapi, tahukah kalian bahwa konsep awal Pancasila memiliki banyak versi sebelum menjadi seperti yang kita kenal sekarang? Salah satu tokoh penting dalam perumusan Pancasila adalah Soepomo, seorang ahli hukum dan negarawan yang memberikan kontribusi besar dalam sidang BPUPKI. Yuk, kita bahas lebih dalam bagaimana Soepomo merumuskan Pancasila dan apa maknanya bagi Indonesia!

1. Siapa Itu Soepomo?

Sebelum kita masuk ke pembahasan utama, penting banget buat mengenal siapa Soepomo. Soepomo lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada tahun 1903. Dia dikenal sebagai ahli hukum yang sangat memahami sistem hukum adat Indonesia. Selain itu, Soepomo juga merupakan salah satu tokoh penting dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang berperan dalam merumuskan dasar negara.

Soepomo dikenal dengan pandangannya yang mendukung konsep negara integralistik, yaitu negara yang mengutamakan kesatuan dan kebersamaan, di mana kepentingan individu menyatu dengan kepentingan masyarakat.

2. Rumusan Pancasila Versi Soepomo

Dalam sidang BPUPKI pada 31 Mei 1945, Soepomo menyampaikan ide-idenya tentang dasar negara. Berikut adalah poin-poin utama rumusan Pancasila menurut Soepomo:

a. Persatuan

Soepomo menekankan pentingnya persatuan sebagai dasar negara. Menurutnya, Indonesia harus menjadi negara yang tidak terpecah-pecah oleh kepentingan individu atau kelompok tertentu. Konsep ini terinspirasi dari nilai-nilai budaya Indonesia yang menekankan gotong royong dan kebersamaan.

b. Kekeluargaan

Konsep kekeluargaan menjadi ciri khas dari pemikiran Soepomo. Negara, menurut Soepomo, harus dipandang seperti sebuah keluarga besar di mana semua warganya saling bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan bersama.

c. Mufakat dan Demokrasi

Soepomo percaya bahwa demokrasi harus dijalankan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat. Ini berarti keputusan diambil secara kolektif untuk kepentingan bersama, bukan berdasarkan suara mayoritas semata.

d. Keseimbangan Lahir dan Batin

Menurut Soepomo, negara harus mampu menyeimbangkan kebutuhan materiil (lahir) dan kebutuhan spiritual (batin) rakyatnya. Ini mencerminkan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan nilai-nilai keagamaan.

e. Keadilan Sosial

Soepomo juga menekankan pentingnya keadilan sosial sebagai salah satu fondasi negara. Semua warga negara harus diperlakukan secara adil tanpa diskriminasi, baik dalam aspek ekonomi, politik, maupun sosial.

3. Perbedaan dengan Rumusan Lain

Kalau kalian membandingkan rumusan Soepomo dengan rumusan yang diajukan oleh Soekarno atau Muhammad Yamin, ada beberapa perbedaan yang mencolok:

  • Soekarno menekankan lima sila yang lebih eksplisit, yaitu kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan.
  • Muhammad Yamin lebih fokus pada aspek sejarah dan budaya bangsa, dengan lima asas yaitu peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.
  • Soepomo, di sisi lain, lebih menonjolkan nilai-nilai integralistik, kekeluargaan, dan persatuan yang mengakar pada budaya lokal.

4. Kritik dan Pengaruh Pemikiran Soepomo

Meskipun pemikiran Soepomo sangat penting, ada juga kritik terhadap pandangan integralistiknya. Beberapa pihak menganggap bahwa pendekatan ini cenderung mengorbankan kebebasan individu demi kepentingan kolektif. Namun, tak bisa disangkal bahwa pandangan Soepomo memberikan pengaruh besar dalam merumuskan Pancasila, terutama dalam aspek kekeluargaan dan keadilan sosial.

5. Relevansi Pemikiran Soepomo di Era Modern

Di era sekarang, nilai-nilai yang dikemukakan oleh Soepomo tetap relevan. Konsep kekeluargaan, musyawarah, dan keadilan sosial masih menjadi pijakan utama dalam membangun masyarakat yang harmonis. Namun, penerapannya perlu disesuaikan dengan tantangan globalisasi dan perkembangan teknologi.

Misalnya:

  • Kekeluargaan dapat diterapkan dalam membangun solidaritas sosial, terutama saat menghadapi bencana atau krisis.
  • Musyawarah untuk mufakat dapat diadaptasi dalam sistem demokrasi modern dengan lebih inklusif.
  • Keadilan sosial harus diwujudkan melalui kebijakan yang memberdayakan kelompok-kelompok rentan.

6. Kesimpulan

Rumusan Pancasila menurut Soepomo mencerminkan pemikiran yang mendalam tentang identitas dan karakter bangsa Indonesia. Dengan menekankan persatuan, kekeluargaan, dan keadilan sosial, Soepomo ingin menciptakan negara yang harmonis dan berkeadilan.

Namun, tantangan modern menuntut kita untuk tidak hanya memahami nilai-nilai tersebut, tetapi juga menerapkannya dengan cara yang relevan. Jadi, yuk, kita terus pelajari sejarah ini dan jadikan Pancasila sebagai panduan dalam membangun Indonesia yang lebih baik!

Also Read

Bagikan: